Sabtu, 21 Mei 2011

Kisah di Bulan Mei

Bulan mei tahun ini menyimpan begitu banyak cerita. Ada tawa canda dan air mata.

Kisah bahagianya yaitu 21 mei, aku dan teman-teman sejurusan ikut lomba paduan suara dalam rangka milad PPNI. Kami menyanyikan Mars PPNI yang merupakan lagu wajib dan lagu daerah Mandar yang judulnya Lopi-lopi. Rasanya nggak karuan. Apalagi aku baru pertama kali ikut lomba paduan suara. Sebelum tampil, rasanya tuh aku kayak mau pingsan, sakit perut, dan segala macam rasa lainnya. Sempat nggak pede juga dan negative thinking mulu. "Gimana kalo aku lupa liriknya atau bahkan lebih parah, aku lupa irama lagunya?" Walaupun suaraku merdu banget *gubrakk* dan kami sudah latihan berminggu-minggu sebelumnya *lebaai* tetap aja rasanya nggak tenang. Cuman satu doaku pada Tuhan. "Ya Allah, janganlah Engkau membuatku demam panggung".

Pas udah waktunya tampil, kakiku gemetaran. Malu-maluin banget. Sumpah! nggak pede. Aku ngerasa kayak ondel-ondel (secara dandannya walau nggak menor, lumayan tebel. Apalagi aku nggak suka dandan) yang harus terus senyum sampe gigi kering dan dilihatin banyak orang. Sempat kepikiran buat lip sing sih. Tapi kalo pas hari H-nya lip sing, buat apa selama ini latihan nyanyi ampe suara habis dan jadi serak-serak becek. Tapi, seiring lagu, aku udah mulai rileks. Dan pas selesai nyanyi, kok ngerasa pengen tampil lagi ya? Kayaknya nggak cukup kalo cuman 5 menit doang (kena sindrom artis sesaat). Yah, walaupun cuman dapat juara 2 sih tapi udah syukur deh daripada nggak juara sama sekali. Yang terpenting adalah kebersamaan, eksis dan foto, foto, foto, dan foto lagi sampe teler dan sampe kamera hpnya rusak karena overload. Hahaha.

Nih beberapa foto dari lomba paduan suara


Kisah sedihnya yaitu di bulan Mei tepatnya minggu kedua di bulan Mei, nenekku jatuh sakit. Kejadian ini seperti mimpi buruk bagiku. Awalnya beliau mengeluh sakit di seluruh badan. Kupikir cuman masuk angin biasa. jadi, aku tetap pergi ke kampus. Pas aku pulang, ternyata sakit beliau bertambah parah. Seluruh badannya sakit, terutama pada persendian. Kepalanya juga sakit. Tentu saja, instingku sebagai seorang mahasiswa keperawatan langsung bekerja. Segera kuperiksa denyut nadi beliau. Denyut nadinya ternyata tidak teratur. Kadang lemah, kadang kuat. Aku semakin cemas ketika kesadaran beliau sudah somnolen.

Somnolen atau Letargi, yaitu salah satu tingkat kesadaran ditandai dengan kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, dan mampu memberi jawaban verbal. (kesadaran somnolen merupakan indikasi terjadinya penyakit berat).

Tingkat kesadaran merupakan ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari luar/lingkungan. Tingkat kesadaran dibedakan menjadi:

  1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
  2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
  3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
  4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
  5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
  6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Aku langsung berpikir ada yang tidak beres. Langsung saja mama kubujuk untuk membawa nenek ke rumah sakit buat diopname. Terjadi perdebatan karena nenek nggak mau dibawa ke rumah sakit. Setelah dibujuk,akhirnya beliau mau juga ke rumah sakit. Dan benar saja, ternyata tekanan darah nenek sangat rendah yaitu 100/60. Beliau segra diopname.

Setelah 1 minggu dirawat, keadaan nenek mulai membaik. Beliau pun sudah bersiap untuk pulang keesokan harinya. Tapi, Tuhan berkehendak lain. Nenek terpeleset di toilet rumah sakit. Kepalanya terbentur di bak mandi. Sampai tulisan ini kumuat di blogku, nenek belum bisa bergerak dan hanya terus tidur. Kepalanya juga masih sangat sakit. Rasanya nggak tega ngelihat keadaan beliau kayak gitu. Tapi, aku berusaha buat kuat demi mama. Mama terus aja nangis minta ama Allah buat nyembuhin nenek. Doa yang kupanjatkan pada Allah tiap aku sholat juga adalah semoga nenek bisa cepat sembuh dan berkumpul kembali bersama kami. Kata dokter, nenek kena stroke. Entah udah berapa banyak air mata yang tumpah karena kejadian ini.
Mungkin karena stress, mama jatuh sakit. Awalnya papa yang sakit terus menular ke mama. Mama kena Chikungunya. Kepala dan badannya sakit. Ya Allah, semoga mama bisa cepat sembuh. Amiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar